Hama uret menjadi serangga pengganggu tanaman milik sejumlah petani di Desa Watu Karung, Pacitan. Kondisi ini mendorong mahasiswa UNS yang sedang KKN di sana untuk memfasilitasi petani dalam pengendalian hama uret dengan menggandeng startup Kans Indonesia. Fasilitator berpengalaman yang hadir, Angelo Di Lorenzo S.P., datang untuk memberikan solusi ramah lingkungan bagi masalah hama yang sering merugikan hasil panen petani.
Hama uret merupakan larva kumbang yang hidup di dalam tanah dan kerap merusak akar tanaman. “Kalau akar sudah habis dimakan uret, tanaman akan layu dan mati. Karena itu, penting bagi petani memahami siklus hidup hama ini agar tahu kapan harus mencegahnya,” ungkap Angelo saat penyuluhan.
Angelo juga menuturkan bahwa pencegahan hama uret dapat dilakukan di setiap fase hidupnya. Pada fase kumbang dewasa misalnya, penggunaan perangkap cahaya dapat mengurangi populasi sehingga mengurangi serangga dewasa berkembang biak. Sedangkan pada fase larva, pemanfaatan jamur hayati entomopatogen dinilai efektif untuk menekan perkembangan hama sekaligus memperbaiki kesuburan tanah.
“Metarhizium anisopliae adalah jamur patogen serangga (entomopatogen) yang hidup di tanah dan secara alami dapat menginfeksi berbagai jenis serangga, termasuk uret. Jamur ini membentuk spora (konidia) yang dapat menempel pada kutikula serangga dan menembus tubuhnya untuk tumbuh di dalam, menyebabkan kematian.” tutur Angelo
Rangkaian acara ini ditutup dengan demonstrasi pembuatan Pupuk Organik Cair yang dipandu oleh Angelo. Para petani juga diajak untuk ikut mempraktekkan secara langsung agar mampu membuat POC secara mandiri. Dengan pengetahuan dan keterampilan ini, petani diharapkan dapat menerapkan praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan sekaligus mengurangi risiko serangan hama uret.




Komentar