Indonesia dikenal sebagai surganya kuliner, termasuk ragam jajanan yang menggugah selera. Di berbagai sudut kota hingga pelosok desa, kita dengan mudah menemukan aneka jajanan murah meriah yang dijajakan di pinggir jalan, pasar tradisional, maupun di sekitar sekolah-sekolah. Warnanya yang mencolok, aromanya yang mengundang selera, dan harganya yang sangat terjangkau membuat jajanan ini digemari oleh semua kalangan, terutama anak-anak. Namun, di balik tampilan yang menggiurkan, terdapat ancaman serius yang mengintai: penggunaan zat pewarna berbahaya Rhodamin B.
Bahaya zat pewarna Rhodamine B pada tubuh
Rhodamin B adalah zat pewarna sintetis yang sejatinya diperuntukkan untuk industri, bukan makanan. Pewarna ini lazim digunakan untuk mewarnai kertas, tekstil, atau plastik karena sifatnya yang tahan lama dan mencolok. Sayangnya, sebagian produsen nakal menyalahgunakan zat ini untuk mempercantik tampilan makanan, demi menarik minat pembeli tanpa memedulikan dampaknya terhadap kesehatan. Akibatnya, konsumen—terutama anak-anak—berisiko tinggi mengonsumsi bahan kimia berbahaya yang tersamar dalam bentuk makanan ringan yang tampak lezat.
Bahaya Rhodamin B bagi tubuh manusia sangatlah nyata. Zat ini bersifat toksik dan karsinogenik, artinya dapat merusak organ dalam dan memicu pertumbuhan sel kanker. Jika tertelan dalam jangka panjang, Rhodamin B dapat menyebabkan kerusakan hati (hepatotoksik), gangguan fungsi ginjal, serta menurunkan sistem kekebalan tubuh. Pada anak-anak, dampak jangka pendek yang mungkin timbul antara lain mual, muntah, sakit perut, hingga gangguan perilaku dan konsentrasi. Lebih buruk lagi, efek akumulatif Rhodamin B dalam tubuh bisa berlangsung tanpa gejala yang jelas, menjadikannya sebagai ancaman kesehatan tersembunyi.
Cara menguji keberadaan zat Rhodamin B
Berbagai studi dan pengawasan lapangan menunjukkan bahwa Rhodamin B masih sering ditemukan dalam makanan ringan yang dijual bebas. Produk yang paling sering terdeteksi mengandung Rhodamin B antara lain kerupuk merah muda atau merah terang, permen dengan warna mencolok, mi berwarna pink atau oranye terang, dan minuman serbuk dengan warna yang tidak lazim. Untuk mengidentifikasi keberadaan Rhodamin B, para peneliti dan petugas dari Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maupun dinas kesehatan biasanya melakukan uji laboratorium menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) atau spektrofotometri. Uji ini mampu mendeteksi senyawa pewarna sintetis secara akurat, bahkan dalam kadar yang sangat kecil.
Namun demikian, uji Rhodamin B tidak hanya bisa dilakukan di laboratorium. Kini, dengan bantuan reagen sederhana, pemeriksaan cepat terhadap jajanan yang dicurigai pun bisa dilakukan di lapangan oleh petugas atau komunitas pengawas pangan. Beberapa sekolah dan komunitas masyarakat bahkan telah menginisiasi program uji jajanan sehat sebagai upaya edukatif untuk melindungi anak-anak dari risiko bahan kimia berbahaya.
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh konsumen
Sebagai konsumen, kita juga dapat mengenali ciri-ciri makanan yang patut dicurigai mengandung Rhodamin B. Makanan dengan warna sangat terang, tidak alami, dan mengilap secara berlebihan perlu diwaspadai. Misalnya, kerupuk dengan warna merah keunguan menyala atau permen yang meninggalkan noda di lidah dan jari dalam waktu lama. Selain itu, pewarna sintetis seperti Rhodamin B cenderung larut dalam air dan dapat meninggalkan endapan jika direndam dalam air jernih. Jika makanan tersebut menghasilkan air berwarna yang sangat kuat setelah direndam, kemungkinan besar pewarna yang digunakan bukan pewarna makanan yang aman.
Pemerintah melalui BPOM dan Kementerian Kesehatan terus menggiatkan sosialisasi pentingnya pangan yang aman dan bebas dari bahan berbahaya. Namun, peran masyarakat dalam mengawasi dan melaporkan produk mencurigakan sangat diperlukan. Edukasi kepada produsen, pedagang kaki lima, dan masyarakat umum harus terus dilakukan agar mereka memahami bahwa menggunakan Rhodamin B bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga membahayakan nyawa banyak orang.
Pentingnya identifikasi keberadaan Rhodamin B
Uji Rhodamin B, meski tampak sederhana, merupakan langkah awal yang sangat penting dalam menekan peredaran makanan berbahaya di lingkungan kita. Dalam jangka panjang, langkah ini mampu menyelamatkan jutaan konsumen dari paparan bahan kimia berbahaya. Sudah saatnya kita menjadi konsumen yang cerdas, kritis, dan peduli terhadap kesehatan diri dan keluarga. Karena di balik tampilan makanan yang menggoda, bisa saja tersembunyi racun yang perlahan menggerogoti tubuh.
Penulis: Khairunnisa
Komentar