Halonusantara, Mahasiswa KKN 59 Desa Tuntang menghadirkan inovasi desa wisata “Waroeng Tepi Sawah” di Dusun Cikal dengan konsep pemancingan dan warung UMKM. Yang membuat tempat ini semakin unik adalah sistem pembayaran yang menggunakan Lungga Koin, yaitu koin tradisional berbahan bambu yang dibuat secara khusus untuk transaksi di kawasan wisata ini.
Konsep Wisata Berbasis Alam dan Kearifan Lokal
Dusun Cikal memiliki potensi besar dalam wisata berbasis alam dan budaya. Dengan memadukan pemancingan alami, warung UMKM, dan sistem transaksi khas, Waroeng Tepi Sawah menawarkan pengalaman wisata yang berbeda.
1. Pemancingan – Pengunjung bisa menikmati suasana pedesaan sambil memancing di kolam yang disediakan.
2. Warung UMKM – Berbagai makanan khas desa dijual oleh pelaku UMKM lokal, seperti olahan ikan segar, makanan tradisional, dan minuman herbal.
3. Lungga Koin– Alih-alih menggunakan uang tunai atau e-money, wisatawan harus menukar uang mereka dengan Lungga Koin, koin bambu tradisional yang berfungsi sebagai alat pembayaran di area wisata ini.
Sistem Pembayaran dengan Lungga Koin
Sistem ini bertujuan untuk:
1. Menambah daya tarik wisata dengan pengalaman transaksi unik.
2. Meningkatkan kesadaran terhadap budaya lokal melalui penggunaan koin berbahan bambu.
3. Mempermudah transaksi di area wisata agar lebih praktis dan bernuansa tradisional.
Pengunjung dapat menukar uang mereka dengan Lungga Koin di loket yang tersedia. Setiap koin memiliki nilai tertentu yang dapat digunakan untuk membeli makanan, menyewa alat pancing, atau menikmati fasilitas lainnya.
Dukungan dan Harapan
Program ini mendapat dukungan dari perangkat desa dan masyarakat setempat. Waroeng Tepi Sawah diharapkan tidak hanya meningkatkan ekonomi desa melalui UMKM tetapi juga memperkenalkan konsep wisata berkelanjutan berbasis budaya dan alam.
Komentar