KKN 52 UPGRIS Gelar Pelatihan Budidaya Maggot
Beranda » Blog » KKN 52 UPGRIS Gelar Pelatihan Budidaya Maggot: Solusi Inovatif Untuk Pengelolaan Sampah Organik Di Desa Pagersari

KKN 52 UPGRIS Gelar Pelatihan Budidaya Maggot: Solusi Inovatif Untuk Pengelolaan Sampah Organik Di Desa Pagersari

Halonusantara, Permasalahan pengelolaan sampah organik masih menjadi tantangan besar di berbagai daerah, termasuk di Desa Pagersari, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Berangkat dari keresahan ini, Kelompok 52 KKN UPGRIS berinisiatif mengadakan pelatihan dan praktik budidaya maggot, bekerja sama dengan Karang Taruna Dusun Kebonombo. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan solusi berkelanjutan dalam mengelola sampah organik serta membuka peluang usaha baru bagi masyarakat.

Sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat, pelatihan ini tidak hanya berfokus pada aspek lingkungan, tetapi juga memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Maggot atau larva Black Soldier Fly (BSF) dikenal sebagai agen pengurai sampah organik yang efektif. Selain membantu mengurangi limbah, maggot juga memiliki nilai ekonomi karena dapat digunakan sebagai pakan ternak alternatif yang kaya akan protein. Oleh karena itu, budidaya maggot menjadi solusi tepat bagi warga yang ingin mengelola sampah secara bijak sekaligus mendapatkan manfaat finansial.

Tahapan Pelaksanaan Pelatihan

Dasar-Dasar Budidaya Maggot

Kegiatan ini diawali dengan sesi pemaparan materi oleh tim KKN 52 UPGRIS, yang menjelaskan mengenai dasar-dasar budidaya maggot, manfaatnya, serta cara mengelola sampah organik secara efektif. Peserta diberikan wawasan mengenai siklus hidup Black Soldier Fly (BSF), bagaimana larva ini mampu menguraikan sampah organik dengan cepat, serta manfaatnya sebagai sumber pakan ternak yang kaya protein.

Setelah sesi teori, peserta diajak untuk melakukan praktik langsung dalam proses budidaya maggot. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan media budidaya, yang terdiri dari sampah organik seperti sisa makanan, dedaunan, dan limbah dapur. Media ini menjadi tempat ideal bagi telur lalat BSF untuk berkembang dan bertelur. Setelah itu, peserta diajarkan cara memelihara maggot dengan baik, mulai dari pemberian pakan yang tepat, pemeliharaan lingkungan kandang maggot, hingga cara memanen maggot yang siap digunakan sebagai pakan ternak.

Peserta terlihat sangat antusias mengikuti setiap tahap pelatihan. Beberapa di antara mereka bahkan menyatakan ketertarikan untuk mulai mencoba budidaya maggot secara mandiri. Salah satu peserta dari Karang Taruna Dusun Kebonombo menyampaikan kesannya, “Saya awalnya tidak tahu kalau maggot bisa bermanfaat seperti ini. Selama ini kami hanya membuang sampah organik begitu saja. Dengan adanya pelatihan ini, saya jadi lebih paham bahwa sampah bisa diolah menjadi sesuatu yang berguna, bahkan memiliki nilai ekonomi,” ujarnya.

Mengapa Kecoak Bisa Mati Dalam Posisi Terbalik?

Dampak dan Harapan dari Pelatihan

Selain memberikan pemahaman teknis, pelatihan ini juga mengajak peserta untuk berpikir lebih jauh tentang bagaimana budidaya maggot dapat menjadi solusi jangka panjang bagi pengelolaan sampah di Desa Pagersari. Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan sampah adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam memilah dan mengelola sampah organik dengan baik. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan masyarakat dapat melihat sampah organik bukan sebagai limbah yang harus dibuang, tetapi sebagai sumber daya yang bisa dimanfaatkan.

Ketua KKN 52 UPGRIS menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari upaya kelompoknya untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat selama menjalani program KKN. “Kami ingin memberikan solusi yang benar-benar bisa diterapkan oleh masyarakat. Dengan budidaya maggot ini, sampah organik yang awalnya menjadi masalah justru bisa menjadi sumber penghasilan baru. Kami berharap ilmu yang telah kami bagikan dapat terus diterapkan dan dikembangkan oleh warga Desa Pagersari,” ujarnya.

Dukungan terhadap kegiatan ini juga datang dari tokoh masyarakat setempat. Menurut salah satu sesepuh desa, pelatihan seperti ini sangat bermanfaat bagi pemuda desa, terutama anggota Karang Taruna yang sedang mencari peluang usaha baru. “Anak-anak muda di desa harus mulai berpikir kreatif. Budidaya maggot ini tidak hanya membantu mengatasi masalah sampah, tetapi juga bisa menjadi bisnis yang menjanjikan. Saya sangat mendukung kegiatan ini dan berharap bisa terus berlanjut,” ujar Mustakim selaku ketua karang taruna dusn kebonombo.

Langkah Lanjutan untuk Keberlanjutan Program

Agar program ini tidak berhenti sebagai pelatihan semata, KKN 52 UPGRIS juga menyusun rencana tindak lanjut agar budidaya maggot dapat terus dikembangkan oleh masyarakat. Beberapa langkah yang akan dilakukan antara lain:

1️Pendampingan lanjutan bagi peserta pelatihan yang ingin mencoba budidaya maggot secara mandiri.
2️ Pembuatan kelompok kerja dari anggota Karang Taruna yang tertarik untuk menjalankan budidaya ini secara berkelanjutan.
3️ Menjalin kerja sama dengan peternak lokal agar hasil budidaya maggot dapat disalurkan sebagai pakan ternak, sehingga memiliki nilai ekonomi nyata.
4️ Edukasi lebih luas kepada masyarakat mengenai pentingnya pemilahan sampah organik dan cara sederhana mengelolanya di rumah.

Nanoship dan Interaksi Singkat dalam Peluang Hubungan Panjang

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan budidaya maggot tidak hanya menjadi solusi jangka pendek, tetapi juga menjadi bagian dari perubahan pola pikir masyarakat dalam mengelola sampah dan lingkungan.

Kesimpulan

Pelatihan budidaya maggot yang diinisiasi oleh KKN 52 UPGRIS Desa Pagersari bersama Karang Taruna Dusun Kebonombo merupakan salah satu bentuk nyata pengabdian mahasiswa dalam membantu masyarakat. Dengan pendekatan yang berbasis solusi, program ini tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, tetapi juga membuka peluang usaha baru bagi masyarakat desa.

Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Desa Pagersari untuk lebih peduli terhadap lingkungan serta mulai memanfaatkan sampah organik dengan cara yang lebih inovatif. Dengan adanya pelatihan ini, KKN 52 UPGRIS membuktikan bahwa pengabdian kepada masyarakat bukan hanya sekadar menjalankan program kerja, tetapi juga tentang menciptakan perubahan yang bermanfaat dan berkelanjutan. 💚♻️🐛

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *